Create by Eka Syafiqa, S.Si
Apa itu Mikroplastik ? Apa Dampak Mikroplastik Terhadap Lingkungan
Mikroplastik
Plastik sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari dan dibutuhkan oleh masyarakat. Perkembangan produksi plastik di Indonesia semakin hari semakin banyak (pesat) semua itu dikarenakan meningkatnya penggunaan terhadap plastik.
Namun demikian, plastik menjadi masalah penting bagi kita terhadap lingkungan karena sulit untuk terurai secara alami dan membutuhkan waktu yang lama. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut total sampah nasional pada 2021 mencapai hingga 68,5 juta ton.
Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), timbulan sampah nasional pada tahun 2021 mencapai 23 juta ton. Dari jumlah itu sebanyak 15,96% disumbang oleh sampah plastik.
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang di hasilkan dari jenis sumber sampah diwilayah tertentu persatuan waktu (Departemen PU, 2004). Timbulan sampah yaitu merupakan sampah yang dihasilkan dari sumber sampah (SNI, 2004).
Salah satu limbah yang dihasilkan dari plastik adalah mikroplastik. Menurut US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) atau Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Mikroplastik Amerika Serikat, mikroplastik adalah pecahan plastik dengan ukuran kurang dari 5 mm (mili meter).
Mikroplastik berpotensi mengancam lebih serius dibandingkan dengan ukuran sampah plastik yang lebih besar. Mikroplastik diklasifikasikan (penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan) menjadi 2 jenis yaitu, primer dan sekunder.
Mikroplastik primer
Mikroplastik primer merupakan hasil produk plastik yang sangat kecil, seperti microbeads (partikel plastik padat berukuran kurang dari satu milimeter) dalam produk kecantikan.
Mikroplastik primer merupakan plastik yang memang diproduksi dalam ukuran yang kecil seperti yang berada pada produk kosmetik berupa scrub.
Mikroplastik Sekunder
Pada tahun 2017-2018 Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI) melakukan kajian penelitian sampah plastik dan mikroplastik di pesisir dan laut Indonesia. Wilayah kajiannya diantaranya, yaitu 18 pantai yang dimonitor setiap bulan untuk pemantauan sampah terdampar, 13 pesisir untuk area sampling mikroplastik di permukaan air, 8 lokasi untuk kajian mikroplastik di sedimen; dan satu kajian genus ikan (Stolephorus sp) di 10 lokasi se Indonesia.
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa dominasi sampah plastik (36% - 38%) di seluruh wilayah kajian.
Ditemukan juga mikroplastik di seluruh lokasi kajian, baik pada permukaan air, sedimen, maupun pada tubuh ikan. Adapun 13 lokasi kajian pesisir di Indonesia yang ditemukan mikroplastik antara lain di Aceh, Bintan, Sumatera Selatan (Muara Sungai Musi), Teluk Jakarta, Semarang, Lombok, Banjarmasin, Manado, Makassar, Bitung, Minahasa Utara, Biak dan Wakatobi.
Baca Juga : Presipitasi (Meteorologi) Adalah
Mikroplastik sangat berbahaya bagi tubuh karena mikroplastik memiliki sifat karsinogenik, Karsinogenik sendiri merupakan zat atau senyawa yang dapat menyebabkan kanker. Biasanya cara kerja karsinogenik ini adalah dengan merusak DNA secara langsung, sehingga menyebabkan mutasi. Artinya dapat berpotensi menyebabkan kanker.
Mikroplastik dapat membawa berbagai kontaminan seperti jejak logam dan beberapa bahan kimia organik yang berpotensi berbahaya.
Bahan kimia ini dapat terlepas dari permukaan plastik ketika didalam tubuh dapat meningkatkan potensi efek toksik (racun). Paparan mikroplastik pada manusia dapat melalui pencernaan, pernapasan dan kontak kulit karena keberadaannya dalam makanan, air, udara, dan produk konsumen.
Beberapa penelitian lain telah menunjukkan bahwa mikroplastik dapat menyebabkan gangguan metabolism dan neurotoksisitas.
Di lautan, mikroplastik dapat meracuni dan mempengaruhi organisme laut. Mulai dari organisme kecil seperti plankton dan crustacea yang mengonsumsi mikroplastik. Kemudian plankton tersebut akan dimakan oleh ikan, ikan itu dimakan oleh ikan yang lainnya, dan seterusnya. Kemungkinan akan termakan oleh manusia.
Cara untuk mengurangi paparan mikroplastik ini,diantaranya yaitu jangan menggunakan kemasan plastik baik untuk makanan ataupun untuk minuman tapi gunakanlah wadah stainless steel atau kaca, jangan memanaskan makanan dan minuman menggunakan wadah plastik karena wadah plastik yang terkena panas dapat melarutkan bahan kimia kedalam makanan.
Berikutnya yaitu menghindari produk kecantikan dengan microbeads termasuk pasta gigi dan scrub wajah biasanya produk yang menunjukkan microbeads adalah polypropylene, polyethylene dan polylactic acid (PLA), konsumsi makanan yang masih segar, membersihkan debu secara teratur, mengurangi makan-makanan seafood (laut), dan gunakan pakaian dengan bahan alami seperti katun (non-sintesis).
Create by Eka Syafiqa, S.Si
Baca Juga :